blogsaya dot ohyeaa dot com

Rabu, 26 November 2008

sebuah cerpen.

ini sebenernya cerpen yang gw bikin buat tugas bahasa indonesia di sekolah gw blom lama ini. ceritanya sangat sangat terinfluence sama kumpulan cerpennya Dee yang baru "recto verso". mirip banget. cuma dimodif dikit. kurang lebih ni ngejelasin prasaan gw ke seseorang.


Tawa


Sepucuk surat kupegang. Berisi tumpahan hatiku kepadanya. Memberberkan semua keinginanku bersamanya. Keinginan yang hampir mustahil. Tapi aku tak bisa memberikan surat ini kepadanya. Aku tidak sekuat itu. Dan dia pun tahu akan hal itu.

Saat ku larut dalam kegelisahanku. Terdengar tawa kecil dari depan tempatku duduk. Tawanya.

Mungkin dia tak pernah sadar betapa aku selalu memperhatikannya. Memandangnya disaat dia sedang bercanda dengan teman-teman akrabnya. Mengagumi setiap hal kecil yang dia lakukan. Saat dia tersenyum. Saat dia tertawa. Saat dia terdiam. Bahkan saat melihatnya menghirup nafas. Seperti sebuah cahaya jauh di lorong hidupku yang kelam.

Setiap ada dia. Aku hanya bisa terdiam. Terlalu rapuh dan terlalu takut untuk menyapanya. Hanya tawa manisnyalah sebatas yang dapat kugapai.

Memang, aku cuma seorang pecundang. Seorang pecundang yang cuma punya mimpi. Mimpi yang aku tahu tak akan pernah kuraih.


  Tiba-tiba dia menyapaku. Hatiku berdetak kencang. Seakan-akan orang lain disekitar  pun dapat mendengarnya. Ku selipkan suratku tadi buru-buru ke dalam kantong celana. Aku membalas sapaannya dengan senyuman seadanya.

  “Ada apa? Hari ini kamu terlihat murung.”, tanyanya. Lengkap dengan senyumannya yang sangat indah.

“Tidak, hanya sedikit merasa sedih.”, jawabku polos.

Dia tertawa manis. That lovely little giggle.

“Wah, ada apa? Tumben sekali kamu sedih. Biasanya kamu selalu ceria dan tak pernah bisa diam.”.

 

Memang, aku adalah orang yang biasa terlihat ceria. Sulit untukku menunjukan keadaan hatiku yang sebenarnya. Tapi kali ini, untuknya, akan kucoba. Sekedar hanya untuk melihat reaksinya.

 

“Apa kamu benar-benar mau mendengar ceritaku?”, tanyaku.

“Tidak masalah”. Dia pun setuju dan duduk menghadapku untuk mendengarkan ceritaku.

 

KRIIIINGGGG……

 

Baru saat ku akan memulai ceritaku. Tiba-tiba bel pulang berbunyi. Dia pun bergegas bersiap-siap.

 

“Kita lanjutkan besok saja ya.”, ucapnya sambil menarik tas pundaknya. Walaupun aku tahu bahwa esok dia takkan ingat apa yang terjadi hari ini.

Dia  pun tersenyum dan langsung pergi bersama teman-temannya. Senyumnya adalah hal terakhir yang kulihat darinya sore itu. Satu hal yang hanya bisa kugapai darinya.

 

Keesokan harinya. Guru bahasa Indonesia kami memberikan tugas. Membuat cerpen. Aku bukan orang yang pintar merangkai kata. Bukan juga orang yang puitis. Jadi dengan kemampuan sastra semampuku, aku mencoba membuat karangan. Sulit rasanya merangkai kata. Apalagi merangkai kata yang berisi khayalan yang tidak nyata. Aku benci cerita cinta. Semuanya khayalan. Karena semuanya berakhir dengan indah. Tidak seperti diriku.

Jadi aku mencoba merangkai kata demi kata. Mencoba melukiskan secuil dari kisah hidupku. Membumbuinya dengan sedikit emosi. Dan menaburkan sedikit rasa pahit. Sekedar memperunik rasa.

 

Suatu hari, tiba saat aku maju ke depan untuk membacakan hasil karangan cerpenku. Seperti biasa, aku yang terkenal pemalas ini ditepuki teman sekelas karena keheranan mereka karena aku telah selesai mengerjakan tugasku tepat waktu.

Aku maju ke depan kelas dan mulai membaca karanganku. Saat sedang bercerita di depan, sesekali aku bisa merasakan senyumnya yang indah, walaupun aku tidak berani melihatnya. Sesekali aku mendengar tawanya yang manis. Tapi aku tak berani melirik. Entah apa dia sedang menertawaiku karena telah menceritakan kisah dalam karangan bodoh ku itu. Atau dia memang sedang bercanda dengan teman-temannya dan tidak memperhatikanku sama sekali.

 

Kurang lebih, seperti inilah kira-kira bentuk karangan cerpenku. Seperti cerita yang sedang dibaca sekarang.

 

Mungkin aku tidak akan pernah memilikinya. Diapun juga tahu akan hal itu. Tapi merasakan senyuman dan tawanya sudah cukup bagiku. Mungkin hanya bagian itu yang dapat kugapai darinya.

 

 

Minggu, 26 Oktober 2008

17:59

 

The End



Guess what? gw bener2 maju buat ngebacain ni cerpen di depan kelas. dan yang lebih kerennya lagi, dia juga bener2 senyum2 pas gw bacain ni cerpen di depan kelas. but once again, gw gatau apa dia senyum gara2 denger gw baca ni cerpen atau gara2 dia lago becanda sama temen-temennya.. ^^

posted by nove. at 22.12

3 Comments:

Melancholic..

28 November 2008 pukul 17.21  

hahahaha... true story dhan...

28 November 2008 pukul 20.33  

norak lo peng.
kek irul.
haha.

7 Desember 2008 pukul 21.54  

Posting Komentar

<< Home